7uplagi.com – Wadah pegawai Komisi Pemberantasan Korupsi (WP-KPK) kembali minta pada Presiden Joko Widodo agar tidak meremehkan momen teror yang berlangsung pada beberapa penegak hukum, khususnya masalah penyiraman air keras yang menerpa penyidik Novel Baswedan.
Ketua WP KPK, Yudi Purnomo, menjelaskan masalah teror yang berlangsung pada Novel Baswedan sebagai penyidik senior KPK, jadi satu diantara jalan pembuka teror lain, karena pelaku tidak kunjung terungkap sampai sekarang ini. Baik pelaku penyiraman, ataupun otaknya.
“Sejak (penyiraman air keras) itu, runtutan teror pada KPK berlangsung. Dari mulai teror pada rumah pimpinan KPK, sampai penganiayaan pegawai KPK. Tetapi setali tiga uang, tidak terungkap,” kata Yudi dalam info tertulisnya, Rabu, 10 April 2019.
Untuk itu, besok, Kamis, 11 April 2019, pas dua tahun masalah penyiraman air keras Novel Baswedan, beberapa ribu penduduk Indonesia yang antikorupsi, yang terbagi dalam Konsolidasi Penduduk Sipil, tokoh nasional, budayawan, serikat buruh, serikat karyawan, musisi, pergerakan mahasiswa serta lainnya akan mendatangi KPK untuk mengatakan dukungan untuk KPK agar selalu memberantas korupsi.
Ini semata-mata karena korupsi adalah musuh bersama dengan buat semua rakyat negeri ini terkecuali tentunya buat koruptor serta pendukungnya. Apalagi, kata Yudi, jalan keluar pembentukan Team Kombinasi Pelacak Bukti yang dimintakan ke Presiden tidak kunjung dipenuhi.
“Meskipun teror selalu menempa, pegawai KPK berkelanjutan selalu menangkapi beberapa koruptor tanpa ada perduli resiko yang ditemui. Dapat dibuktikan dengan 30 OTT tahun 2018 paling banyak selama sejarah KPK,” kata Yudi.
Sebatas mengingat kembali, masalah teror pada Novel berbentuk penyiraman air keras berlangsung pada tanggal 11 April 2017 yang lalu. Besok, genap dua tahun momen itu berlangsung, tetapi pelakunya belum sukses diamankan polisi.
Posting Jokowi Diminta Jangan Mengabaikan Kasus Novel Baswedan ditampilkan lebih awal di 7uplagi.com.