Quantcast
Channel: Infoinews
Viewing all articles
Browse latest Browse all 4204

Pendapat Pengamat Gempa ITB Mengenai Pro-Kontra Gempa di Jabar

$
0
0

7uplagi.com – Pendapat Pengamat Gempa ITB Mengenai Pro-Kontra Gempa di Jabar

Pendapat Pengamat Gempa ITB Mengenai Pro-Kontra Gempa di Jabar

Ibu kota provinsi yang berada di Pulau Jawa, yang padat masyarakat miliki ancaman gempa dari sesar atau patahan sekitar, juga area subduksi. Bandung, Surabaya, Yogyakarta, Semarang, serta Surabaya, telah terpetakan ancaman bahaya gempanya dari gerakan sesar sekitar. Sementara kehadiran patahan di Jakarta masih tetap pro-kontra.

Ketua Tim Pemutakhiran Peta Sumber dan Bahaya Gempa Indonesia 2017 Masyhur Irsyam menjelaskan, tim periset pastikan sumber-sumber gempa baru dari patahan di darat.

Di Pulau Jawa, sumber-sumber gempa baru dari patahan di darat itu biasanya berada di lokasi utara Jawa. Dimulai dari Sesar Subang (M=6,5) dengan gerakan 0,1 milimeter per tahun.

Sesar Cirebon (M=6,2-6,5) dengan gerakan 0,5-1 milimeter per tahun, Sesar Brebes (M=6,5), Sesar Ajibarang (M=6,5), Sesar Tegal (M=6,5), Pemalang (M=6,3) dan Pekalongan (M=6,5).

Ada pula patahan yang melewati Semarang dengan gerakan 0,1 milimeter per tahun dengan kekuatan optimal gempa bermagnitudo 6,5. Sesar Ungaran (M=6,0), Muria (M=6,2), Merapi-Merbabu (M=6,0), Rawapening (M=6,5), Purwodadi (M=6,5), Cepu (M=6,5), Blumbang (M=6,6), Waru (M=6,5).

Lalu Patahan Surabaya (M=6,5) dengan laju gerakan 0,05 milimeter per tahun. Ada juga terdaftar sesar di Pasuruan, Probolinggo, serta Wonorejo, akan tetapi belumlah didapati kekuatan gempa serta pergerakannya.

Sementara di Bandung ada Sesar Lembang dengan kekuatan gempa optimal bermagnitude 6,9. Yogyakarta miliki Sesar Opak yang sempat pecah pada 2006 dengan magnitude 5,9. Beberapa ratus ribu rumah rusak ringan sampai ambruk, dan 5.000 orang lebih meninggal dunia.

Mengenai kekuatan sesar di wilayah DKI Jakarta, kata Mashyur, sampai kini baru perkiraan. “Sampai kini belum ada sumber gempa dibawah kaki Jakarta, belum ada bukti serta studi yang lengkap,” kata pakar gempa ITB itu di ITB, Senin kemarin.

Kekuatan gempa yang teridentifikasi dapat menggoyang Jakarta, kata Mashyur, datang dari sesar sekitar dan zona subduksi. Contohnya dari perairan selatan Jawa, Sesar Besar Sumatera, atau Sesar Cimandiri dengan kemampuan gempa maksimum bermagnitude 7.

Sebelumnya dikabarkan, menurut Badan Geologi gempa megathrust di Selat Sunda memang punya potensi berdampak ke Jakarta. Diluar itu, ada dua sumber lagi.

“Yaitu di patahan aktif di sekitar Jakarta dan intraslab dibawah Jakarta,” kata Sri Hidayati Maret lantas saat masih menjadi Kepala Bidang Mitigasi Gempa Bumi Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi.

Menurutnya, sumber gempa megathrust selatan Jawa sampai ke Selat Sunda merupakan yang paling dekat, berjarak lebih dari 200 km.. “Bila terjadi gempa besar bermagnitudo 8 sampai 9,5 dari sumber itu dapat merambat ke Jakarta,” kata Sri.

Walau intensitas gempanya alami penurunan, kondisi endapan tanah cekungan Jakarta dapat memperbesar dampak gempa atau amplifikasi. Efeknya pada bangunan tinggi.

Berdasar pada penelitian paling baru peneliti di PVMBG, Cipta, wilayah DKI Jakarta tersusun atas endapan geologi kuarter. Ketebalan endapan yang termasuk terurai itu sementara diketahui maksimal 1.350 mtr..

Sumber gempa ke dua berada dibawah endapan cekungan Jakarta yang dimaksud zona intraslab. Zona itu adalah pertemuan kerak samudera dan kerak benua dengan kedalaman umum lebih dari 90 km.. Walau kemampuan maksimalnya lebih rendah dari sumber gempa subduksi (megathrust), akan tetapi dapat berdampak kerusakan. “Khususnya pada bangunan atau infrastruktur tinggi,” kata Sri.

Pusat gempa ke-tiga dari patahan aktif di seputar Jakarta, seperti Baribis, Cimandiri, serta Citarik. Kekuatan gempa dari sesar biasanya lebih kecil dari zona megathrust dan intraslab. Tetapi karena jaraknya dekat di daratan, dan pusat gempanya dangkal, kata Sri, resikonya berdampak pada bangunan rumah masyarakat dan gedung pendek yang lain. Kekuatan maksimum gempa intraslab dan patahan masih tetap dikaji.

Keberadaan patahan aktif di sekitar Jakarta masih tetap jadi perbincangan para pakar dan pengamat gempa. Beberapa peristiwa gempa yang sampai mengguncang Jakarta, menurut Sri, dapat menjadi petunjuk masalah keberadaan sesar aktif di sekitar Jakarta.

Ia memberi contoh saat terjadi gempa yang sumbernya jauh tetapi sampai menggoyang Jakarta, salah satunya Gempa Indramayu (2007), Gempa Tasikmalaya (2009 dan 2016), serta Gempa Lebak yang paling baru (2018). “Ini pertanda selain faktor amplifikasi tinggi, ada media perambatan gempa lewat jalur-jalur patahan aktif,” kata Sri.

Posting Pendapat Pengamat Gempa ITB Mengenai Pro-Kontra Gempa di Jabar ditampilkan lebih awal di 7uplagi.com.


Viewing all articles
Browse latest Browse all 4204