Pasti random, ngga jelas, garing, krik-krik, hhmmm.. seperti itu yang ada dalam pikiran kalian tentang percakapan anak kecil diatas. Hahaha.. saya aja bingung pertama kali dengar dan melihat obrolan kayak gitu waktu perjalanan naik bis dari terminal Poris ke Jogja beberapa bulan lalu
Obrolan, atau bisa dibilang sapaan dan permintaan beberapa anak-anak kecil seumuran 5 sampai 12 tahun atau bahkan sudah menginjak dewasa yang berdiri di pinggir jalan sambil membawa handphone berkamera. Awalnya saya bingung, “ngapain tu anak dipinggir jalan, sambil bawa HP, tablet segede talenan emaknya?” pikirku. Kegiatan apalagi ini yang ternyata ngga hanya di wilayah Jabodetabek saja, tapi hampir di setiap jalan, parkiran, terminal, banyak anak-anak dengan bekal handphone berkamera ini.
Yups, seperti itulah fenomena yang saat ini sedang marak dibicarakan, para pemburu telolet, telolet mania, hobby cari telolet, atau apalah itu sebutannya. Ngomongin masalah telolet, sebenernya apa sih telolet itu?.. Ya, telolet adalah suara yang dihasilkan dari klakson, khususnya bis. Dengan membuat, menambahkan dan memodifikasinya, suara yang dihasilkan akan berbunyi unik, menarik, dan beda dari klakson standart. Terdengar memang bunyi klakson tersebut “telolet, telolet” atau “tolelot, tolelot” sehingga banyak orang khususnya bismania menyebutnya klakson telolet. Dan semakin banyaknya inovasi klakson telolet, sekarang ngga hanya suara “telolet” saja yang dihasilkan, bahkan klakson milik PO Garuda Mas mempunyai nada lagu seperti Gundul-Gundul Pacul, Jablay, Abang Tukang Bakso, hingga Ondel-Ondel yang merupakan lagu daerah Jakarta. Mungkin suatu saat nanti bakal ada playlist yang bisa di request oleh para telolet mania.
Tidak jelas juga awal ditemukannya atau awal pertama kalinya klakson telolet tersebut. Namun menurut Patra, seorang sopir bus pariwisata, saat ditemui di Taman Parkir Abu Bakar Ali Yogyakarta,mengatakan “Sejak 5 sampai 6 tahun yang lalu, fenomena itu sudah ada,” Ia menambahkan juga, “fenomena tersebut awalnya banyak terjadi di wilayah Jawa Timur sebelum merembet ke daerah lain. Di wilayah Yogyakarta sendiri, jumlahnya belum terlalu banyak.” Kalo saya sendiri, pertama kali menjumpai klakson telolet sekitar tahun 2009 ketika hampir sebagian besar PO. Efisiensi menggunakannya.
Beberapa waktu lalu bahkan sampai sekarang, fenomena telolet ini masih menjadi hal yang unik dan menarik, dengan pro dan kontranya. Karena setiap muncul sebuah hal baru, pro dan kontra selalu ada dan itu adalah hal yang wajar. Banyak yang menganggap bahwa para telolet mania atau pemburu telolet adalah hal yang unik, tak jarang beberapa media massa banyak mengangkat fenomena ini, baik itu media elektronik maupun media cetak, seperti beberapa artikel yang pernah dimuat di kompas di bawah ini.
Karena menurut sebagian orang fenomena perburu telolet adalah kegiatan yang rentan sekali membahayakan baik untuk si pemburu telolet maupun bis atau pengemudi bis yang mempunyai klakson telolet, maka tak jarang para pemburu telolet ini sering diperingatkan agar lebih berhati-hati dalam menyalurkan hobby mereka karena tempat yang dijadikan spot untuk merekam klakson telolet adalah tempat yang ramai, dipinggir jalan, terminal.
Lantas bagaimana dengan para sopir bis yang mempunyai klakson telolet?.. ternyata tidak sedikit yang menanggapi dengan positif, senang karena bisa memberikan hiburan tersendiri untuk para telolet mania tersebut, asal keselamatan tetap yang diutamakan. Maka, seperti yang dilakukan oleh beberapa telolet mania dan Ungaran Bus Lovers (UBL), mereka tidak segan-segan membuat kode etik bagi para pemburu telolet ketika sedang hunting demi keselamatan bersama.
Dan ketika “buruan” telolet sudah di dapat mereka share dengan beberapa teman lainnya, sampai mereka unggah di media sosial. Ada kepuasan tersendiri ketika buruan telolet yang mereka inginkan didapat. Dengan ucapan “makasih om”.. dan isyarat mengacungkan jempol tangan mereka, itulah ucapan terima kasih kepada sopir ketika mereka memberikan sapaan klakson telolet nya.
Berburu klakson telolet, dapat menjadi salah satu kegiatan memberikan rasa senang dengan transportasi massal, khususnya bis. Asal etika keselamatan dan kesopanan selalu menjadi yang diutamakan, sehingga tidak menimbulkan kontra karena mengabaikan etika keselamatan dan kesopanan. Hobby, ketika dilakukan dengan hati dan mengutamakan nilai positif, pasti akan selalu berdampak positif.
Seperti apa yang dilakukan oleh teman-teman Bismania community Wilis Raya (area Madiun, Ponorogo, dan sekitarnya) bekerja sama dengan Polres Madiun, SunCity Mall, dan beberapa PO di Madiun dan sekitarnya seminggu yang lalu. Minggu, 19 Juni 2016 SunCity Mall Madiun mendadak menjadi showroom bis-bis pariwisata Madiun, Ponorogo, bahkan Jakarta. Deretan PO. Agam Tungga Jaya, PO. Wiratama, PO. Putra Bahagia, hingga SAE memajang unit-unit andalan mereka yang baru rilis dari karoseri. Sontak, pemandangan yang tidak biasa tersebut mampu menarik masyarakat untuk melihat, dan berfoto dengan bis-bis kebanggaan kota Madiun ini.
PO PO tersebut tidak hanya sekedar memamerkan unit-unit mereka, namun mereka melakukan parade klakson telolet yang saat ini menjadi fenomena unik. Setiap bis yang sudah terpasang klakson telolet secara bergantian dibunyikan untuk dinilai harmonisasi nada. Tidak hanya itu, setiap bis juga di tempel pesan-pesan moral, etika berkendara dan berlalu lintas sebagai bagian dari kampanye taat peraturan lalu lintas. Di sekitar veneu pun juga terdapat stand-stand yang menjual beberapa merchandise dengan tema bis, baik itu sticker, miniatur, kaos, hingga klakson telolet.
Fungsi dari sebuah komunitas dan hobby di dalamnya adalah wadah untuk tidak hanya sebatas kesenangan, namun bagaimana hobby tersebut disalurkan dengan tindakan positif sehingga bisa bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Bukan hanya sebatas kontra yang tidak ada solusi pemecahan permasalahannya, yang dibutuhkan adalah aksi, bagaimana kita saling peduli antar sesama.
Posting Fenomena dan Berburu Telolet di Jalan Raya Bikin Heboh ditampilkan lebih awal di 7uplagi.com.